Yang Akanku Jaga, Lilin Harapan Masa Depan



Malam ini, aku melihat detik dan menit telah melalui angka kembar

Ada yang menghujam di dada; yang pada akhirnya memintaku untuk bergegas mengamati lilin lilin harapan lebih dalam
ditemani bulir yang sedari tadi terperanjat di kelopak mata dan memutuskan untuk megakhiri hidup dengan terjun bebas hingga bagian rahang bawah
Bersama surat Al-Fajr menunggu kedatangan Sang Fajar merekah

Dengan tekad aku harus memilah mereka; Ya! Lilin-lilin harapan!
Sebagian milik masa depan; sebagian masih milik -Masa lalu-.
Sebagian milik pribadi; sebagian masih milik -Bersama-

Aku pilah sesuai prioritas, keuntungan dan paling utama kepastian

Aku tak begitu suka dengan ketertinggalan yang melekat, sama seperti tak sukanya aku dengan kata “masih”
Maka lilin “masih” milik -Masa lalu- dan lilin “masih” milik -Bersama- perlahan aku padamkan

Aku kumpulkan sekuat tenaga segala yang menghujam di dada.
Beruntung! Pemadaman akan lebih cepat dengan cara itu.

Tak peduli dengan isakan hati yang “masih” ingin -Masa Lalu- dan -Bersama-. Aku sudah cukup lelah! Lelah memanjakan hati. Lelah pula aku mendengar janjinya meninggalkan -Masa lalu- dan memintaku menjaga -Bersama-.
“Aku pamit pergi berdiam diri untuk belajar meninggalkan -Masa lalu- dan memahami arti –Bersama-!”katanya

2L-Lelah lagi aku menunggu kepergiannya. Ia tak tau kalau aku menjelma Detektif Conan untuk membersamainya. Maaf, lebih lengkapnya membersamai rencana diamnya

Terkesan fiktif?boleh aku tertawa?hahaha. Lega??belum! aku masih lelah dan ingin melanjutkan kisah.

Aku bisa membacanya; meski ia berusaha menutupi.
Aku punya bukti yang ia tidak tahu. Dan akupun tak ingin memberitahu pada waktu waktu yang tidak tepat. Meski waktu turut meronta meminta pembuktian. Aku ingin suatu saat nanti giliran ia yang berkisah.

Butuh waktu sendiri, butuh ekstra keikhlasan yang tidak setengah-setengah.
Biarlah ikhlas berenang agar basahnya tak sia-sia. Aku tutup segala peluang yang menghambat ikhlas. Guna melindunginya ditengah masa belajar pada laut. Laut lepas.
Biarlah masing-masing membahagiakan yang berhak terlebih dahulu sebelum memanjakan hati.

Aku hanya menginginkan masa depannya dan masa depanku. Bukan masa lalunya dan masa laluku.
Maka mari sama-sama belajar menyelesaikan masa lalu.

Jika pamit tanpa kata menyimpan ribuan ambiguitas.
Maka berawal maaf, aku deklarasikan kepergian.
Tidak apa-apa. Tak perlu disesali. Jadikanlah hikmah pada pertemuan kemarin.
Minimal hikmahnya, pernah merasakan fitrah sebagai insan yang semestinya. Memiliki rasa.

Seperti dirinya, aku tak ingin diganggu. Fokus!
Tekad, tenaga, keberanian, kepercayaan diri akan menjaga lilin lilin harapan pribadi dan masa depan.
Sekaligus memperbesar nyala apinya! 

Jangan terlalu khawatir, Meski aku memadamkan lilin -bersama- dan -masa lalu-.
Tanpa cahaya keduanya, Aku tidak benar-benar hilang.
Hanya bermetamorfosa untuk meninggalkan fatamorgana.
Biar Allah yang mengatur pertemuan yang Ia izinkan,
Kun Fayaa Kun! Terjadi, Maka terjadilah! Sekali lagi jangan terlalu khawatir, pesanku.

Tugas masing-masing hanyalah fokus mendapatkan cara bagaimana memperbesar nyala api lilin lilin harapan masa depan.
Dan jika ditakdirkan, masing-masing nyala api tersebut tentu saja secara bahagia menyatu dengan sendirinya saling menyambar untuk bersama kembali menyongsong masa depan yang diridhoi.
 Maka jalankanlah hal itu.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alhamdulillah... Finally I got it!

Kudu Iso Belajar Nerimo

Inilah Sosok Ni'mah Tozahro